Sabtu, 22 Agustus 2009

SnackZone, Makanan Enteng di Perbelanjaan Mentereng

SnackZone®Makanan camilan sangat disukai kalangan manapun. Tetapi belum banyak yang mencoba bermain di kelas menengah ke atas. Inilah pasar yang digarap SnackZone®. Russanti Lubis

Benci tapi rindu. Begitulah hubungan antara camilan dengan para wanita. Sebab, makanan ringan ini, diakui atau tidak, merupakan musuh paling utama sekaligus sahabat karib kaum hawa. Kondisi ini sangat dipahami oleh para pelaku bisnis di bidang makanan pengganjal rasa lapar ini. Tak heran, snack dapat dijumpai dari kakilima hingga pusat perbelanjaan sementereng Senayan City.

Salah satu dari mereka yang bergerak di bidang bisnis makanan ringan adalah Snack Zone®. Muncul untuk pertama kalinya pada 1979 dengan nama Rotary Snack dan hanya mengandalkan kerupuk ikan (Kerupuk Bangka) buatan sendiri. Berangkat dari situ, pada 1984, Rotary Snack membuka toko untuk pertama kalinya di Plasa Hayam Wuruk, disusul toko di Plasa Indonesia (1989), Plasa Semanggi, Mega Mal Pluit (di sini dibuka sekaligus dua toko, red.), Mal Kelapa Gading, dan Senayan City. Bersamaan dengan dibukanya outlet di Senayan City pada 19 Juli tahun lalu, namanya pun berubah menjadi Snack Zone®. “Itu karena kami melihat adanya perubahan gaya hidup konsumen, khususnya dalam food and beverage,” jelas Hendra N. Gunawan, Managing Director PT Zoneindo Global, perusahaan yang membawahi Snack Zone®. Sejalan dengan itu, juga dilakukan perubahan konsep guna menampilkan wajah baru Rotary Snack tersebut. Tampilan baru ini pun dilakukan di Rotary Snack Mal Kelapa Gading dan nantinya di toko-toko yang lain.

Mengapa Rotary Snack selalu berada di dalam mal? “Kami melihat bahwa segmen pasar kelas menengah atas merupakan segmen pasar yang mempunyai tuntutan tinggi pada makanan. Kami melihat pula pemain yang bergelut dengan hal ini belum banyak, maka kami mencoba main di segmen ini,” ujarnya. Hasilnya, cukup bagus.
Fakta menunjukkan bahwa toko-toko camilan yang bermain di segmen menengah ke atas lebih bisa bertahan daripada toko-toko snack yang bermain di segmen menengah ke bawah. “Asalkan tetap kosisten dan menampilkan customer service yang baik dan produk yang berkualitas. Soal harga masalah kedua bagi konsumen di segmen ini. Itulah yang kami pelajari dan konsisten di berbagai mal,” katanya. Namun, mengingat investasi di mal membutuhkan modal yang tidak kecil, sejak beberapa tahun lalu, Snack Zone® juga menjalin kerja sama dengan beberapa hypermarket, salah satunya, Giant. “Harganya tentu saja lebih murah, tapi standar kualitasnya hampir sama,” imbuhnya.

Dilihat dari harga, Snack Zone® yang memiliki 300 jenis camilan dengan harga berkisar Rp1.500,- hingga Rp35.000,- per 100 gram ini, memang lebih mahal Rp1.000,- sampai Rp2.000,- per ons-nya dibandingkan toko-toko camilan lain. Karena, sejak awal toko snack yang sehari-hari membukukan lebih dari 500 transaksi (saat weekend bisa mencapai 2–3 kali lipatnya, red.) ini, telah menetapkan standar lebih tinggi daripada “pesaingnya”.

Misalnya pertama, menggunakan sales promotion girl berseragam. Kedua, dari cara melayani atau berkomunikasi dengan konsumen. “Berdasarkan pengalaman, konsumen sangat suka dilayani. Bila mereka tidak dilayani atau dijelaskan tentang produk-produk baru yang ada, dipastikan mereka hanya akan membeli satu atau dua item. Di Snack Zone® di mana 40% makanan ringan yang dijual merupakan produksi sendiri, konsumen dilayani sedemikian rupa sehingga dapat dipastikan akan membeli lebih dari dua item,” ujar Hendra yang membawahi lebih dari 100 karyawan.

Dari segi produk yang ditawarkan, Snack Zone® yang menjajakan 75% produk lokal dan 25% produk luar selalu menampilkan camilan yang fresh. Selain itu, dalam jangka waktu 3–6 bulan dilakukan product review untuk mengganti item-item yang tidak “berjalan” baik dengan item-item baru. “Sedangkan untuk menghindari kesalahan karena menawarkan makanan yang telah kadaluarsa, kami hanya mencurahkan produk yang fast moving ke dalam topless. Kami juga melakukan pencatatan, sehingga dapat melakukan estimasi antara waktu barang datang hingga dicurahkan,” ucapnya. Sekadar informasi, masa “hidup” camilan berkisar 6–8 bulan di ruangan berpendingin.
Untuk menghindari produk impor yang tidak berlabel halal, Snack Zone® mengacu pada peraturan Departemen Perindustrian dan Perdagangan bahwa setiap pemain ritel yang ingin menjual produk impornya, minimal mempunyai izin ML (lisensi yang harus dimiliki jika barang impor masuk ke Indonesia, red.). “Itulah yang kami terapkan pada produk-produk kami yang berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Cina,” ujarnya.

Snack Zone® yang menawarkan konsep your one stop snack outlet ini, dibangun dengan modal total sebesar lebih dari Rp1 milyar. Omsetnya? “Kalau kita ngomong tentang ritel, maka parameter kesuksesannya adalah per meter persegi outlet itu, kontribusinya berapa juta rupiah. Yang jelas, terjadi kenaikan omset 40%–70% sejak Rotary Snack berubah menjadi Snack Zone®,” katanya, berahasia. Sekali lagi fakta membuktikan, bisnis makanan memang kagak ade matinye. 


Sumber: Majalah Peluang usaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Informasi dan Order Hubungi




Komp. Dosen IKIP Blok 4/41 Jatibening Pondok Gede, Bekasi 17421
Phone 021- 848 22 73, Mobile :0813 67110 100 ( Novi )
Email : reasnack@sumbawanews.com