Rabu, 26 Agustus 2009

Bisnis Snack Hanya Bermodalkan Rp.10.000

Anda ingin berbisnis makanan ringan di Kantor atau tempat kerja...? solusinya jadilah agent Rea Snack & Cookies

Dengan bermodalkan Rp.10.000 ( sepuluh ribu rupiah ) anda sudah bisa berbisnis snack tradisional Indonesia. Rea Snack & Cookies menyediakan paket 10 in 1 yaitu sepuluh jenis snack yang berbeda dalam satu kemasan. 10 kemasan snack dapat ini bisa didapatkan dengan harga hanya Rp.10.000 atau harga perkemasan kecil Rp.1000 dan dapat dijual dengan harga eceran antara Rp.1.250 - Rp.2000 per kemasan kecil.



Isi kemasan bervariasi diantara : Zoes bawang, zoes keju, stick kentang balado, pilus, ciput, lanting,  pampang manis, kripik pisang, makoroni bakar, stik talas, krupung kentang balado, kuping gajah, pisang sale, kentang keriting, dll.

Kami Mensuplai paket 10 ini 1 untuk :

  1. Rumah Makan
  2. Warung Makan
  3. Kios - Kios kecil
  4. Katering
  5. Acara kantoran
  6. Arisan
  7. dll


Informasi lebih lanjut silakan Hubungi:

Komp. Dosen IKIP Blok 4/41 Jatibening Pondok Gede, Bekasi 17421
Phone 021- 848 22 73, Mobile :0813 67110 100 ( Novi )
Email : reasnack@sumbawanews.com

URL : http://reasnack.blogspot.com

Senin, 24 Agustus 2009

Promo Lebaran


Menghadapi Lebaran tahun ini, Rea Snack & Cookies memberikan promo khusus dengan harga murah untuk pembelian tertentu.

Informasi lebih lanjut hubungi:

Komp. Dosen IKIP Blok 4/41 Jatibening Pondok Gede, Bekasi 17421
Phone 021- 848 22 73, Mobile :0813 67110 100 ( Novi )
Email : reasnack@sumbawanews.com

Tentang Kami


Rea Snack merupakan industri rumahan yang menyediakan beraneka ragam makanan ringan dan kue kering khas Indonesia.


Kami selalu mengutamakan kualitas, kebersihan dan kehalalal serta harga murah dan terjangkau dari produk yang kami pasarkan.

Kami melayanani pemesanan untuk agent dan retail. 

Untuk memasarkan produk kami silakan hubungi:
Komp. Dosen IKIP Blok 4/41 Jatibening Pondok Gede, Bekasi 17421
Phone 021- 848 22 73, Mobile :0813 67110 100 ( Novi )


 
  
 

Kue Kering

Berikut daftar Kue kering dengan bahan mentega wisman ( berat 500 gram / stoples )

 
 Kue Bunga ( Rp. 35.000 )
  
Kue Nastar ( Rp. 40.000 ) 
  
 Kue Burung ( Rp.35.000 )
  
 Kue Semprit Bunga ( Rp. 35.000 )
  
Kue Coklat Hati ( Rp. 35.000 ) 
  
Kue Semprit Coklat ( Rp.35.000 ) 
  
 Kue Castangel ( Rp.40.000 )

Harga Belum termasuk ongkos kirim.

Minggu, 23 Agustus 2009

Produk Snack

Snack yang kami pasarkan diantaranya

 
Stik Talas
 
Kembang Goyang
 
 Krupung Kentang Balado
 
 Ulat Kentang
 
 Kuping Gajah
 
 Pillus
 
Pisang Sale
 
 Zoes Bawang
Makaroni Balado

 
Ciput

Lanting
Ciki Pandan

Kripik Pisang Original

Pangpang Manis


Lokasi Kami

Lokasi kami di google map


Klik ini  Lokasi Rea Snack & Cookies  untuk mendapatkan peta yang besar


Bagaimana mencapai kami ?


Jalur Angkutan umum
Koasi  S02 Jurusan Pondok Gede - Sumber Arta


Jalur Tol : Keluar Pintu Tol Jatibening ambil jalan menuju Jetibening dan lurus menuju arah pondok gede. Belok kiri kearah komplek Dosen IKIP sebelum belokan kemang sari


Dari Arah Kalimalang - Caman, lurus kearah jalan kemang sari.


Dari Arah Pondok Gede ambil arah pintu tol Jatibening, belok kanan setelah ujung kemang sari.

Sabtu, 22 Agustus 2009

Harga




Harga dibagi menjadi:
  1. Harga Grosir
  2. Harga Agent
  3. Harga Retail

Harga Agent

Berikut Rincian Harga
  1. Ukuran kecil harga agent Rp. 1000 / bungkus dengan berat kemasan antara 40 gram - 50 gram, harga jual dipasaran retail Rp. 1250 - Rp.2000
  2. Ukuran sedang harga agent Rp. 3000 / bungkus dengan berat kemasan antara 100 gram - 125 gram, harga jual dipasaran retail Rp. 3500 - Rp.5000
  3. Ukuran besar harga agen Rp.7.500 / bungkus dengan berat kemasan antara 250 gram - 350 gram, harga jual dipasaran retail Rp. 8500 - 10.000
Pengambilan minimal 50 bungkus

Paket 10
Paket merupakan paket ukuran kecil dengan isi 10 jenis snack yang berbeda dengan harga agent Rp.10.000. Paket ini sangat praktis dan ekonomis karena akan memberikan pilihan yang banyak bagi konsumen.

---------------------------------------------------------
Harga Grosir
Untuk Grosir Minimal pengambilan 1 ball untuk satu jenis snack
Harga per ball antara 45.000 - 100.000

---------------------------------------------------------
Harga Retail
Harga retail disesuaikan dengan harga pasar, produk retail di jual di per satu jenis tanpa adanya minimal pembelian.


  • Ukuran kecil harga jual Rp. 1500


  • Ukuran sedang harga harga jual Rp. 3500


  • Ukuran besar harga harga jual Rp. 8500





  • ---------------------------------------------------------

    Untuk melihat detail produk silakan klik :

        SnackZone, Makanan Enteng di Perbelanjaan Mentereng

        SnackZone®Makanan camilan sangat disukai kalangan manapun. Tetapi belum banyak yang mencoba bermain di kelas menengah ke atas. Inilah pasar yang digarap SnackZone®. Russanti Lubis

        Benci tapi rindu. Begitulah hubungan antara camilan dengan para wanita. Sebab, makanan ringan ini, diakui atau tidak, merupakan musuh paling utama sekaligus sahabat karib kaum hawa. Kondisi ini sangat dipahami oleh para pelaku bisnis di bidang makanan pengganjal rasa lapar ini. Tak heran, snack dapat dijumpai dari kakilima hingga pusat perbelanjaan sementereng Senayan City.

        Salah satu dari mereka yang bergerak di bidang bisnis makanan ringan adalah Snack Zone®. Muncul untuk pertama kalinya pada 1979 dengan nama Rotary Snack dan hanya mengandalkan kerupuk ikan (Kerupuk Bangka) buatan sendiri. Berangkat dari situ, pada 1984, Rotary Snack membuka toko untuk pertama kalinya di Plasa Hayam Wuruk, disusul toko di Plasa Indonesia (1989), Plasa Semanggi, Mega Mal Pluit (di sini dibuka sekaligus dua toko, red.), Mal Kelapa Gading, dan Senayan City. Bersamaan dengan dibukanya outlet di Senayan City pada 19 Juli tahun lalu, namanya pun berubah menjadi Snack Zone®. “Itu karena kami melihat adanya perubahan gaya hidup konsumen, khususnya dalam food and beverage,” jelas Hendra N. Gunawan, Managing Director PT Zoneindo Global, perusahaan yang membawahi Snack Zone®. Sejalan dengan itu, juga dilakukan perubahan konsep guna menampilkan wajah baru Rotary Snack tersebut. Tampilan baru ini pun dilakukan di Rotary Snack Mal Kelapa Gading dan nantinya di toko-toko yang lain.

        Mengapa Rotary Snack selalu berada di dalam mal? “Kami melihat bahwa segmen pasar kelas menengah atas merupakan segmen pasar yang mempunyai tuntutan tinggi pada makanan. Kami melihat pula pemain yang bergelut dengan hal ini belum banyak, maka kami mencoba main di segmen ini,” ujarnya. Hasilnya, cukup bagus.
        Fakta menunjukkan bahwa toko-toko camilan yang bermain di segmen menengah ke atas lebih bisa bertahan daripada toko-toko snack yang bermain di segmen menengah ke bawah. “Asalkan tetap kosisten dan menampilkan customer service yang baik dan produk yang berkualitas. Soal harga masalah kedua bagi konsumen di segmen ini. Itulah yang kami pelajari dan konsisten di berbagai mal,” katanya. Namun, mengingat investasi di mal membutuhkan modal yang tidak kecil, sejak beberapa tahun lalu, Snack Zone® juga menjalin kerja sama dengan beberapa hypermarket, salah satunya, Giant. “Harganya tentu saja lebih murah, tapi standar kualitasnya hampir sama,” imbuhnya.

        Dilihat dari harga, Snack Zone® yang memiliki 300 jenis camilan dengan harga berkisar Rp1.500,- hingga Rp35.000,- per 100 gram ini, memang lebih mahal Rp1.000,- sampai Rp2.000,- per ons-nya dibandingkan toko-toko camilan lain. Karena, sejak awal toko snack yang sehari-hari membukukan lebih dari 500 transaksi (saat weekend bisa mencapai 2–3 kali lipatnya, red.) ini, telah menetapkan standar lebih tinggi daripada “pesaingnya”.

        Misalnya pertama, menggunakan sales promotion girl berseragam. Kedua, dari cara melayani atau berkomunikasi dengan konsumen. “Berdasarkan pengalaman, konsumen sangat suka dilayani. Bila mereka tidak dilayani atau dijelaskan tentang produk-produk baru yang ada, dipastikan mereka hanya akan membeli satu atau dua item. Di Snack Zone® di mana 40% makanan ringan yang dijual merupakan produksi sendiri, konsumen dilayani sedemikian rupa sehingga dapat dipastikan akan membeli lebih dari dua item,” ujar Hendra yang membawahi lebih dari 100 karyawan.

        Dari segi produk yang ditawarkan, Snack Zone® yang menjajakan 75% produk lokal dan 25% produk luar selalu menampilkan camilan yang fresh. Selain itu, dalam jangka waktu 3–6 bulan dilakukan product review untuk mengganti item-item yang tidak “berjalan” baik dengan item-item baru. “Sedangkan untuk menghindari kesalahan karena menawarkan makanan yang telah kadaluarsa, kami hanya mencurahkan produk yang fast moving ke dalam topless. Kami juga melakukan pencatatan, sehingga dapat melakukan estimasi antara waktu barang datang hingga dicurahkan,” ucapnya. Sekadar informasi, masa “hidup” camilan berkisar 6–8 bulan di ruangan berpendingin.
        Untuk menghindari produk impor yang tidak berlabel halal, Snack Zone® mengacu pada peraturan Departemen Perindustrian dan Perdagangan bahwa setiap pemain ritel yang ingin menjual produk impornya, minimal mempunyai izin ML (lisensi yang harus dimiliki jika barang impor masuk ke Indonesia, red.). “Itulah yang kami terapkan pada produk-produk kami yang berasal dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Cina,” ujarnya.

        Snack Zone® yang menawarkan konsep your one stop snack outlet ini, dibangun dengan modal total sebesar lebih dari Rp1 milyar. Omsetnya? “Kalau kita ngomong tentang ritel, maka parameter kesuksesannya adalah per meter persegi outlet itu, kontribusinya berapa juta rupiah. Yang jelas, terjadi kenaikan omset 40%–70% sejak Rotary Snack berubah menjadi Snack Zone®,” katanya, berahasia. Sekali lagi fakta membuktikan, bisnis makanan memang kagak ade matinye. 


        Sumber: Majalah Peluang usaha

        Cemal-Cemil, Manisnya Nostalgia Anak Zaman Dulu

        [MAJALAHPENGUSAHA.COM] ~ Saat seseorang beranjak dewasa, biasanya persoalan hidup menjadi semakin kompleks. Dari persoalan, biaya pendidikan anak yang semakin tinggi, persaingan karir di tempat kerja, dan seribu satu masalah lainya yang datang silih berganti. Secara tak sadar kita pun sesekali menyanjung–nyanjung masa kecil.
        Saat masih berstatus murid taman kanak-kanak, atau mengenakan seragam merah-putih, banyak hal-hal baru yang menyenangkan dapat dilakukan, tanpa perlu berfikir rumit. Mulai dari soal bermain, apalagi soal jajanan. Pasti masih terngiang-ngiang di ingatan, bagaimana manisnya permen favorit dan serunya bermain “ular tangga” dengan teman-teman sebaya.
        Saat kembali ke kampung halaman. Biasanya satu hal yang ingin dijumpai adalah cemilan–cemilan, yang semasa kecil sering diburu seusai pulang sekolah atau ditengah bel istirahat. Namun tentunya banyak jenis jajanan semasa kecil dulu kini sudah punah alias sulit dijumpai.

        Ebi Karsono (37) yang kangen bernostalgia dengan jajanan masa kecil itu merasa perlu untuk melestarikan makanan dan permainan tempo doeloe. Untuk menghadirkan kembali kenangan masa kecil itu ia merintis usaha cemal-cemil bersama dua orang temannya; Yeani dan Rury.
        Ebi yakin, rasa kangen yang ia miliki terhadap jajanan dan atribut masa kecil juga dimiliki oleh orang lain. “Cemal-cemil adalah ajang berbagi kenangan masa kecil. Terutama mereka yang sebaya dengan saya,” jelas Eby. Jajanan nostalgia yang dimiliki Cemal-cemil seperti kue telor cecak, permen rokok, permen payung, kue kembang goyang, kue keeping es, kue satu, kue semprit, kue kuping gajah dan lainnya. Juga mainan jadul (jaman dulu ), seperti katak kaleng, dorong-dorongan, gasing, ludo, halma, kitiran dapat ditemukan.
        Pada mulanya Cemal–cemil hanyalah sebuah showroom dan dikelola sederhana. Tempatnya pun “numpang” di sebuah restoran di daerah Kemang, Jakarta Selatan, sehingga jumlah jenis barangnya pun masih tidak terlalu banyak. Namun respon pasar terhadap usahanya berkembang. Dari mulai menjual eceran, Eby mengemas jajanan tempo doeloe itu untuk disiapkan pada paket-paket acara ulang tahun khitanan dan cindera mata pernikahan.
        ”Peminatnya selain sengaja membeli untuk dikonsumsi, biasanya juga datang dari ibu-ibu muda yang ingin mengenalkan kenangan masa kecilnya kepada anaknya,” jelas Eby.
        Sesuai dengan konsep bisnisnya yang mengedepankan nuansa nostalgia, sebagian besar barang yang dijual pun didasari konsep tempo dulu. Meski terdapat cemilan umum seperti sele pisang, keripik dan lainnya,  kue–kue utamanya dijual dalam kemasan kaleng kerupuk (antik) berukuran mini yang terbuat dari stainless. Sedangkan mainan, hanya sebagai pelengkap. Tersedia bonus bagi konsumen yang membeli dalam jumlah tertentu.
        Namun seiring perkembangan bisnis, penyesuaian pemasaran pun terjadi mengikuti permintaan konsumen. Kue yang hanya dijual dalam kemasan kaleng seharga Rp 25 ribu sampai Rp 100 ribu itu, akhirnya juga dijual secara refill (isi ulang). Harganya pun tentu lebih miring. Untuk menghindari citra sebagai toko kue, penjualan isi ulang hanya berlaku untuk konsumen yang pernah membeli kue dengan kemasan kalengnya. Sedangkan untuk pembeli baru, diwajibkan untuk membeli kue yang dikemas dalam kaleng.
        ”Kami menjual konsep. Kalau menjual kuenya saja, nanti nggak beda seperti toko kue dong,” ujar Yeani Dahlan (33) menimpali. Namanya juga cemilan tempo dulu, maka untuk mendapatkan suplai barang dagangan butuh energi ekstra. Beberapa pabrik memang masih memproduksi jajanan seperti permen karet tato, permen rokok, coklat ayam. Tetapi mungkin karena sudah kalah bersaing dengan jajanan modern jajajan tersebut hanya dapat dijumpai tempat–tempat tertentu.
        Setahun sekali, Eby dan Yeani berburu jajanan yang diketahui sebagai makanan masa kecil. Targetnya adalah pasar di kota –kota kecil di Jawa. Biasanya tempat-tempat yang dikunjungi adalah pasar-pasar tradisional.”Di pasar tradisional yang cukup terkenal seperti di pasar Beringharjo (Jogyakarta), masih bisa ditemukan jajanan dan mainan yang semasa kecil saya sudah ada. Namun yang menarik justru ke pasar tradisional yang belum kita ketahui sebelumnya, karena biasanya yang kita temui justru mainan tradisional yang membuat kita histeris…karena bentuknya yang masih sangat tradisional dan susah dijumpai ditempat lain!”
        Tapi tidak semua barang yang ada di Cemal-cemil hasil berburu di pasar–pasar tradisional. Beberapa jenis makanan harus diproduksi sendiri atau dipesan secara khusus. Menurut Eby, terkadang beberapa jenis makanan sudah sangat sulit dijumpai. Jika ada, kadang rasa dan bentuknya tidak orisinil lagi. Maka ia mencari orang yang bisa membuatkan makanan atau mainan tersebut untuk mengisi toko.
        ”Sekitar 20 persen jenis makanan di Cemal-cemil khusus kami pesan, seperti kue kopi yang dikenal Coffenoir yang membuat adalah seorang oma (nenek). Yang lain, seperti kuping gajah, memang ada di pasaran namun bentuknya panjang bukan seperti waktu dulu yang bentuk kuenya bulat, dan yang ada di pasaran juga rasanya berbeda,” terang Eby.
        Karena barangnya banyak yang didatangkan secara pesanan, maka stok di toko pun on-off, kadang ada kadang tidak. Namun prinsipnya semua barang dapat disediakan dengan catatan dipesan minimal satu minggu sebelumnya, disesuaikan dengan kemampuan pengrajin yang kebanyakan tidak memiliki kapasitas produksi yang besar.
        Eby tidak menyangka bisnisnya dapat berkembang pesat. Yang mulanya hanya showroom kecil-kecilan, ia bisa membuka sebuah toko di Tulodong dan konsinyasi dengan Kemchicks. Pengalaman yang tak terduga menurutnya terjadi saat sebuah pusat perbelanjaan ternama memberi kesempatan Cemal-cemil untuk ikut memeriahkan program khusus hari ulang tahun Jakarta. Selama dua minggu, ia dan teman-temannya terpaksa rajin begadang untuk terus mensuplai jajanan dan mainan secara konstan. Toples-toples harus dijamin tidak terlihat kosong saat program berlangsung, karena alasan estetika.
        Mungkin karena terbilang satu–satunya toko yang memiliki konsep cemilan tempo dulu, pasar yang segmented itu pun tergarap dengan baik. Eby mengaku dalam kurun waktu 4 bulan Cemal-cemil yang ia dirikan secara patungan dengan kedua temannya sebesar Rp 60 juta itu sudah balik modal. ”Niatnya cuma kecil-kecilan, nggak bermimpi jadi toko khusus dan sampai mengalami booming seperti saat order Ultah Jakarta itu,” ujar Eby sumringah. [Fitra Iskandar/majalahpengusaha.com/2007]

        Telur Asin Asap Dwi Mulyanti Perkaya Makanan Khas Semarang


        [SUARAMERDEKA] ~ Pada bulan Oktober 2008, ia mendapat penghargaan dari MURI [Museum Rekor-Dunia Indonesia] sebagai orang pertama yang menciptakan telur asin asap. Begitu meluasnya kabar tentang kelezatan telur asin asap ini sampai akhirnya menjadi salah satu makanan khas Semarang yang diincar bahkan di luar Jawa Tengah. Tidak mengherankan apabila produknya yang diberi label ‘Eltama’ tersebut kini sudah tersedia di supermarket-supermarket besar maupun kecil dengan harga rata-rata hampir dua kali lipat harga telur asin biasa.
        Mulanya tidak ada yang percaya telur asin asap buatan Dwi Mulyanti (44) bisa laku terjual. Dengan harga Rp 2.500,- per butir, tentu jauh di atas rata-rata telur asin yang hanya dijual di kisaran Rp 1.100,- sampai Rp 1.300,- per butir. Pertama diluncurkan 20 Desember 2006, telur asin asap buatan Dwi Mulyanti boleh dibilang langsung menggebrak. Harga yang tinggi rupanya termaklumkan oleh keunikan rasanya yang membuat para konsumen jatuh cinta pada cicipan pertama.
        Ketika ditemui penulis Suara Merdeka di kediamannya di Jl. Berlian I/D-272, Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tembalang, Semarang, Dwi Mulyanti menjelaskan kenapa harga telur asin asap jauh lebih mahal katimbang telur asin biasa. Pertama, katanya, dibutuhkan waktu kurang-lebih satu bulan untuk memprosesnya. Pada dasarnya, cara pembuatan serupa dengan membuat telur asin biasa. Perbedaan terletak hanya pada proses pengasapan yang cukup pelik namun memberi beberapa nilai tambah yang membuatnya unik, seperti: hilangnya bau amis, corak khas pada kulit telur, dan aroma khas asap yang menggugah selera.

        ”Risiko pecahnya cukup tinggi, antara 10-15 persen, makanya harganya lebih mahal,” kata Dwi yang didampingi suaminya Amos Kumaidi dalam menjalankan wirausahanya. Dwi menggunakan telur bebek yang dua kali seminggu didatangkan dari penyelia di Demak. Sekali datang bisa sampai 2.000 butir telur.
        Pengasapan telur selama 12 jam yang dilakukannya juga menuntut sumber asap yang khas. ”Sebenarnya yang cocok untuk mengasap hanya kayu petai cina, batok kelapa, dan sekam. Dua yang pertama sulit sekali mencarinya, makanya kita pakai sekam,” ujar Amos yang sebelumnya menekuni usaha sol sepatu. Sekali pengasapan butuh satu karung sekam yang dibelinya di tempat penggilingan padi di desa Sendangmulyo. Sekam pun kini mulai terbatas persediaannya karena para penjual tanaman di sekitar Semarang juga membutuhkan sekam untuk campuran tanah tanaman pot.
        Sebuah oven setinggi 1,8 meter buatan sendiri, yang berkapasitas 600 butir telur, dipakai untuk mengasap telur. Pasangan suami-isteri ini bercita-cita membangun sebuah sentra pembuatan telur asin asap dan sebuah koperasi untuk menyertakan masyarakat setempat dalam membangun kesejahteraan melalui usaha ini. Pelatihan telah dilaksanakan bagi warga-warga yang berminat  dan Disnakertrans Kota Semarang memberi komitmen untuk menyediakan bantuan dua buah oven yang masing-masing berkapasitas 1.000 butir ditambah dengan kompor dan peralatan produksi lainnya.
        Ketika mulai pada tahun 2006, Dwi hanya memproduksi sekitar 200 butir per minggu. Ia menjajakannya secara berkeliling dan menitipkan sebagian di beberapa supermarket kecil di sekitar kediamannya. Sekarang, hanya dua tahun kemudian, telur asin asap asli buatannya bergulir deras, mencapai 2.000 butir per minggu, menembus pasar ritel tingkat lokal maupun nasional dengan kekuatan modal Rp 20-25 juta per bulan. Sejajar dengan ikan bandeng asap dan lumpia, telur asin asap ciptaan Dwi Mulyanti kini hadir menggiurkan sebagai oleh-oleh dari Semarang yang sangat dinantikan keluarga dan kerabat di rumah.
        foto: pengrajin telur asin asap membersihkan kulit telur yang baru selesai 12 jam diasap.

        Agar Tidak Punah, Kue-kue Khas Bengkulu Dibuat Renyah Dikunyah

        Perempuan asli Bengkulu, Neliwati Dalimo, sukses menekuni produksi makanan ringan khas Bengkulu dengan merek Kue Ende. Sebetulnya usaha Kue Ende, yang dirintis sejak 2001 ini, lebih merupakan panggilan hati. Ia ingin memperkenalkan makanan khas Bengkulu ke seluruh Indonesia, dan bahkan ke luar negeri kelak.
        “Bila tidak diperkenalkan kepada pasar, lama-kelamaan makanan ini akan dilupakan,” ungkap perempuan yang memulai usaha dengan modal Rp 100 ribu saja itu.
        Sebelumnya, saya membuat keripik bawang dan menitipkannya di toko-toko kue. Baru kemudian saya membuat kue-kue kering, ” katanya. Rasa dan penampilan kue-kue khas Bengkulu, jika berpegang pada resep asli, jadinya agak keras. “Walau rasanya enak, tapi karena keras, banyak orang malas memakannya,” keluh Neliwati.

        Demi terlestarikannya makan ringan khas Bengkulu, maka Neliwati pun mencari jalan untuk membuat resep kue yang lembut dikunyah. Dalam upayanya ini, ia sekaligus bertekad menaikkan mutu kue-kue tradisional Bengkulu ini. Dengan menggunakan komposisi bahan baku kualitas tinggi, ia menghasilkan rangkaian kue-kue khas Bengkulu mutu prima dengan harga jual di atas rata-rata, yaitu Rp 5.000 per 1,5 ons sampai Rp 35 ribu per kg.
        “Saat ini saya membuat lebih dari sepuluh macam kue snack, yang semuanya khas Bengkulu,” tuturnya. “Yang paling laku adalah kue bawang, perut punai dan tat.”
        Neliwati tetap mengolah kue-kuenya secara tradisional, sehingga citarasanya pun tulen khas Bengkulu. “Agar tahan lama dan tetap gurih, kemasan harus benar-benar kedap udara. Maksimal kue saya bertahan sampai dua bulan,” katanya.
        Setiap hari Kue Ende memproduksi sebanyak 25 kg kue. Untuk pengerjaannya, Neliwati dibantu oleh duabelas karyawan harian. Sedang pemasarannya, selain dijual di outlet miliknya sendiri, juga dijual ke toko-toko kue dengan sistem beli putus. Dari usaha memproduksi kue-kue khas Bengkulu ini, ia menikmati omzet hingga Rp 25 juta setiap bulan.
        “Saya belum memasarkan langsung ke luar daerah, hanya lewat perantara saja,” ungkapnya. Ia mengakui bahwa dirinya sedang mencoba menembus pasar ritel lokal dan pasar di luar negeri karena sudah ada permintaan dari Cina untuk kue keripik bawang. Dalam misinya ini, Neliwati tidak akan hanya mengandalkan citarasa. Menurutnya, kemasan akan ikut sangat menentukan keberhasilannya.
        naskah asli >> Rachma Utami/Gema Industri Kecil/Edisi XVIII/2007

        Informasi dan Order Hubungi




        Komp. Dosen IKIP Blok 4/41 Jatibening Pondok Gede, Bekasi 17421
        Phone 021- 848 22 73, Mobile :0813 67110 100 ( Novi )
        Email : reasnack@sumbawanews.com